Indonesia adalah salah satu negeri yang juga memiliki banyak ilmu sihir dan ilmu ghaib. Namun, definisi sihir sendiri masih bias. Sihir masih banyak didefinisikan sebagai aktifitas mengendalikan alam (termasuk kejadian, objek, orang, atau fenomena fisik) melalui jalan mistik, paranormal, atau jalan-jalan supranatural. Sihir juga masih banyak diasosiasikan sebatas Ilmu Klenik dan Ilmu Hitam saja.
Klienik adalah segala bentuk aktifitas mistik yang meminta bantuan dukun, roh leluhur, atau makhluk- makhluk rohani lainnya demi tujuan atau kepentingan tertentu. Sedangkan Ilmu Hitam adalah aktifitas Sihir yang ditujukan untuk tujuan jahat seperti merusak, menyakiti, atau menghancurkan orang lain, atau aktifitas- aktifitas sihir lain yang bertujuan untuk memuaskan ego dan nafsu pribadi. Dan biasanya aktifitas ini melibatkan energi dari makhluk- makhluk rohani dari dimensi bawah (seperti energi raksasa, jin, setan, dsb).
Nah karena mayoritas cerita sihir di Indonesia itu berkaitan dengan aktifitas klenik dan ilmu hitam, maka definisi Sihir di Indonesia pun jadi memiliki konotasi yang serba negatif. Padahal, di zaman dulu, kata Sihir sering digunakan untuk mendifinisikan fenomena-fenomena kehidupan yang belum mampu dijelaskan secara ilmiah.
Contohnya seperti yang terjadi di Eropa selama Abad Kegelapan, yakni Abad ketika Gereja dan agama Kristen sangat menguasai perpolitikan di sana. Para penganut paganisme yang memang memiliki kemampuan psikis, kemampuan penyembuhan, bahkan jenis-jenis kemampuan supernatural lain langsung dicap sebagai penyihir dan ditangkap. Setelah itu mereka dipaksa untuk bertobat atau akan menjalani hukuman penyiksaan yang kejam, bahkan hingga pemenggalan kepala.
Padahal, belum tentu bentuk sihir yang mereka lakukan itu identik dengan klenik dan ilmu hitam. Banyak sekali fenomena kehidupan zaman sekarang yang dulunya dianggap sihir, ternyata sekarang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Contohnya seperti hipnotis yang dulu kerap dianggap sebagai SIHIR. Setelah ditemukannya ilmu psikologi dan psikoterapi, mulai bisa dijelaskan secara ilmiah bahwa hipnotis sebenarnya adalah kondisi di mana manusia berada dalam Pikiran Bawah Sadar dan bisa disugesti atau berimajinasi.
Zaman dulu, manusia yang punya kemampuan clairvoyance dianggap sebagai penyihir juga. Padahal orang dengan kemampuan clairvoyance hanya melakukan download informasi yang tersebar di alam semesta. Dan ini bisa dijelaskan secara Fisika Quantum. Setiap benda dan makhluk sebenarnya menyimpan informasi yang bisa dilepaskan ke alam semesta. Ketika benda atau makhluk tersebut hancur dan terurai kembali ke alam, ternyata informasi yang pernah tersimpan di dalamnya tidak ikut hilang, melainkan tersebar di alam semesta menjadi bentuk informasi (energi tak kasat mata). Orang dengan tingkat kepekaan yang tinggi dan level energi yang cukup, bisa saja men-download (mengunduh) informasi ini menggunakan Kelenjar Pineal-nya (pusat Mata Ketiga). Sehingga ia bisa memahami pengetahuan yang tidak bisa diakses oleh orang lain.
Bahkan ia juga bisa sampai memprediksikan masa depan, atau menebak masa lalu, hanya dengan mengandalkan kemampuan clairvoyance-nya saja.
Di Jawa dan Bali, orang yang mempelajari spiritual atau Kesadaran, mau tidak mau akan berkutat juga dengan sihir. Namun jenis sihir itu ada banyak. Dan biasanya ilmunya diajarkan secara sembunyi-sembunyi dan rahasia, mirip seperti ajaran Secret Society atau tarikat kebatinan lain di Barat.
Di Jawa dan Bali, ada sebuah jalan spiritual yang dinamakan Tantra, dan terbagi menjadi dua, yakni Tantra Kiri dan Tantra Kanan. Pada Tantra Kiri, sihir banyak digunakan dengan mendayagunakan sifat-sifat raksasa dalam diri (seperti sifat rakus, dendam, amarah, iri) yang mana sebenarnya sifat-sifat ini berasal dari dimensi bawah yang ada dalam diri manusia.
Dimensi bawah inilah yang menyebabkan manusia jadi memiliki ego dan nafsu yang besar. Kalau menurut agama-agama Abrahamik, dimensi bawah ini cocok dengan pemahaman setan dan iblis yang aktif menggoda manusia melalui ego dan nafsu.
Nah di Tantra Kiri, energi dimensi bawah ini diruwat, sehingga naik dan bisa dinetralkan, atau bahkan menjadi energi dimensi atas yang sifatnya kedewataan (Illahiah). Ketika manusia meruwat energi dari dimensi bawah ini, manusia memang bisa mendapatkan kesaktian yang sifatnya kedigdayaan. Inilah yang disebut juga sebagai sihirnya Tantra Kiri. Orang yang bisa menguasai ilmu ini biasanya jadi punya kemampuan mistik tertentu seperti ilmu kebal, ilmu pengasihan, dan masih banyak lagi, namun semuanya biasanya bersifat supranatural (dari luar diri) dan mengandalkan khodam (bantuan dari luar diri). Dalam ajaran Jawa Kuno, Tantra Kiri ini juga identik dengan praktek Taruk, dan biasanya bersifat destruktif. Orang yang terjebak dalam praktik ini, biasanya rawan terjerumus dalam Ilmu Hitam.
Kebalikan dari Tantra Kiri, ada Tantra Kanan yang lebih berfokus pada pemanfaatan energi dimensi atas dan praktek spiritualnya identik dengan meditasi, yoga, praktek-praktek ibadah, atau ritual-ritual lainnya yang bertujuan untuk melatih Kesadaran diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bentuk kekuatan yang didapat adalah SUPERNATURAL, di mana di sini manusia jadi punya kemampuan super (seperti telepati, penyembuhan energi, hipnotis, sabda dadi, atau jenis kemampuan psikis lainnya) yang asalnya adalah dari dalam diri sendiri, dan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya level Kesadaran manusia. Namun, kemampuan-kemampuan supernatural ini juga pastilah dianggap sebagai sihir bagi mereka-mereka yang belum mengetahui hakikat sebenarnya dari sihir dan keghaiban itu sendiri.
Orang yang memiliki level Kesadaran yang tinggi, biasanya level energinya juga tinggi. Bahkan kadang, tanpa dia berbuat apapun, orang ini mampu membawa kesembuhan dan penyembuhan bagi orang lain di sekitarnya. Hal ini bisa terjadi karena orang tersebut terus memancarkan energi positif ke sekitarnya. Namun bagi orang yang level Kesadarannya rendah dan masih terikat doktrin dan dogma agama, maka fenomena seperti ini juga pasti dianggap sihir dan sesat. Inilah yang menyebabkan kenapa di Abad Kegelapan Eropa dulu banyak orang baik-baik dan tidak bersalah, justru ditangkap, dituduh bidah, lalu dijatuhi hukuman yang tidak manusiawi. Bahkan harus menjalani hukuman mati.
Definisi SIHIR benar-benar bias. Yang pasti, kata SIHIR sejak dulu banyak digunakan untuk mendeterminasi fenomena-fenomena kehidupan yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Hipnotis, indra keenam, reiki, bahkan yoga dan kemampuan psikis lainnya sekalipun masih sering dicap sebagai SIHIR yang konotasinya negatif. Bahkan sering dikelompokkan sebagai sama-sama negatifnya dengan teluh, santet, pelet, dan jenis-jenis ilmu hitam lainnya.
Padahal itu semua adalah fenomena-fenomena kehidupan yang wajar terjadi di sekitar kita. Dan kalau saya amati, kebanyakan sihir itu bekerja di tataran Quantum dan Pikiran Bawah Sadar manusia. Dan tanpa kita sadari, sebenarnya banyak sekali aspek di kehidupan kita yang telah menggunakan sihir untuk kehidupan sehari-hari.
Kita menggunakan hipnoterapi untuk terapi penyembuhan mental dan kejiwaan. Kita menggunakan hipnotis untuk industri hiburan, seperti pertunjukan mentalis, konser, atau perfilman. Bahkan politik pun menggunakan beberapa teknik hipnotis untuk mempengaruhi rakyat. Seminar motivasi pun banyak menggunakan teknik-teknik hipnotis untuk menanamkan sugesti ke dalam pikiran bawah sadar peserta.
Bahkan, ilmu pelet dan santet / teluh pun juga setelah saya amati ternyata banyak bekerja menggunakan ranah Pikiran Bawah Sadar dan ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah sekali. Padahal ini semua dulunya dianggap sebagai SIHIR. Padahal kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang muncul dari hal-hal yang dulu kita cap sebagai sihir atau keghaiban. Fenomena-fenomena ini diteliti oleh ilmuwan, dibuktikan melalui percobaan, lalu dirumuskan menjadi teori-teori sains baru yang akhirnya kita gunakan sampai sekarang.
Di Inggris, studi mengenai Ilmu Sihir dan Ilmu Ghaib mulai menjadi prodi dalam salah satu program Magister mereka. Indonesia adalah sumber dan gudangnya beragam ilmu sihir dan ilmu ghaib. Meskipun kita mayoritas memeluk agama Abrahamik yang sangat melarang sihir, namun disukai atau tidak tetap banyak penganutnya yang bergabung dalam tarikat-tarikat kebatinan tertentu dan mempelajari sihir atau bentuk-bentuk kemampuan supernatural lainnya.
Dan ketika peradaban Barat masih meraba-raba hakikat dari esoterisme dan okultisme, Nusantara sudah mampu mendefinisikan apa itu esoterisme, ap aitu okultisme, apa itu KESADARAN, dan bagaimana hakikat sihir dan kegaiban itu sendiri.
Karena Indonesia memang sumber dan gudangnya beragam ilmu sihir dan ilmu ghaib yang sudah ada turun temurun semenjak Nusantara masih berupa Sundaland. Bahkan ini juga sempat diakui oleh seorang guru spiritual asal Thailand yang mengajari teman bule saya, beliau mengatakan bahwa sebenarnya akar dari semua ilmu sihir dan keghaiban itu adalah Sundaland, yang kini menjadi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Nah, kalau Nusantara adalah benar-benar sumber dari segala ilmu sihir dan ilmu ghaib, kenapa Indonesia tidak ikut membuka studi formal tentang Ilmu Sihir dan Ilmu Ghaib juga ya seperti salah satu perguruan tinggi di Inggris? Yang membuka prodi ini secara formal malah institut lain di Exeter, Inggris. Di saat Barat sudah mulai membuka pintu selamat datang bagi ilmu sihir dan keghaiban, kenapa di Indonesia masih terkesan sembunyi-sembunyi dan tabu?