Peta Kabupaten Mojokerto yang menyerupai Gambar Semar Bodronoyo. |
SWARADHARMA | Mojokerto Sabtu legi, 8 juni 2024. Bumi Amukti Palapa Kabupaten Mojokerto menjelang adanya perhelatan Pilkada, terkesan sudah kehilangan arah kemana langkah yang harus ditempuhnya oleh para pelaku kontestasi politik. Mengingat wilayah Kabupaten Mojokerto memiliki tata letak Geografi yang berimplikasi menimbulkan ekses psykologi masa tersendiri pada saat adanya momentum politik.
Kabupaten Mojokerto satu satunya Daerah yg dikelilingi serta berbatasan dengan 6 Kabupaten diantaranya Kabupaten Jombang,Kabupaten Lamongan,Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan,Kabupaten Malang dan Kota Batu. Kabupaten Mojokerto dipagari oleh Gunung Renteng ( Pawitra , Welrang , Anjasmoro ) Red. dan wilayahnya dibelah oleh Kali Agung atau Sungai Brantas.
Dan jika di Sigi atau pemotretan dari udara , Peta wilayah Kabupaten Mojokerto sangat mirip menyerupai gambar Semar Bodronoyo atau Janggan Semoro sonto. Ini menunjukkan fakta fakta bahwa Bumi Mojokerto memiliki keunikan tersendiri dari sisi Geografi maupun Filisofisnya. Fakta lain yang tidak bisa dipungkiri keberadaan Lahir dan terbentuknya pemerintahan Kabupaten Mojokerto sangat erat kaitannya dengan Kesejarahan Majapahit atau Wilwatikta.
Kabupaten Mojokerto yang ditetapkan pada Tanggal 9 Mei Tahun 1293 sebagai hari jadi , dengan menggunakan Simbol dan Yargon WIJNA MANTRI WIRA yang tidak lain mengambil dari ucapan serta pemikiran Maha Patih Gajah Mada,yang mengandung arti BIJAKSANA , CERDAS & PEMBELA NEGARA YANG PEMBERANI.
Dan pada Tahun 1972 telah ditetapkan Perda no 1 , tambahan Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 1973 seri c Tanggal 31 Agustus no 166 / c , tentang Penjelasan arti dan Lambang Kabupaten Mojokerto. Semakin terlihat dengan jelas korelasi sejarah kelahiran Kabupaten Mojokerto sangat terkait dengan Sejarah dan Budaya Majapahit.
Wijna Mantri wira,Lambang Pemerintah Kab.Mojokerto. |
Dibalik kerudung Kebesaran Majapahit atau Wilwatikta serta penetapan Hari jadi Kabupaten Mojokerto yang diselaraskan dengan Hari Jadi Majapahit , sebagai pertanda titik Start keberlanjutan Pembangunan Kabupaten Mojokerto yang berbasis Budaya. Hal ini telah dikuatkan adanya Slogan BUDI PARINDA ( Budaya,industri,Pariwisata dan Perdagangan ) Red.
Dan titik Penetrasinya adalah pada pengenalan serta uri uri Budaya Majapahit pada seluruh komponen serta seluruh lapisan masyarakat khususnya wilayah Kabupaten Mojokerto dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia pada umumnya. Majapahit tidak hanya dikenang serta diperingati pada menjelang saat Hari jadi semata, tetapi setidaknya dilaksanakan sexara Kontinue dan konsekwen. Tumbuh dan kembangnya Budaya Majapahit yang secara Harfiahnya telah direstui oleh para Leluhur, seperti halnya keterpanggilan Elemen Masyarakat pada tiap momen yang selalu mengangkat nilai nilai Budaya Majapahit.
Sebagai titik balik bahwa Slogan Daerah Budaya masih melekat , bahkan kontrol akibat kesalahan dalam bertindak terus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan ajaran leluhur Majapahit khususnya pada Bumi Amukti Palapa di Kabupaten Mojokerto. Revolusi Pembangunan Budaya yang digagas Pemerintah pusat saat ini,masih belum menjadi Trend pengembangan dan pembangunan Budaya di Bumi Amukti Palapa.
Hal ini semakin terlihat dengan nyata pada menjelang Perhelatan Pilkada 2024, dimana arah pengumpulan masa Simpatisan yang terkesan digiring kearah yang bernuansa Agama dan bukan kearah Budaya. Budaya Leluhur Majapahit telah menjadi dasar ketetapan sebagai pedoman serta basis pembangunan Pemerintah Daerah sebelumnya. Kondisi ini secara tidak langsung telah menjauh dari nilai - nilai WIJNA MANTRI WIRA itu sendiri dan terkesan akan mengubur Elemen Masyarakat berbudaya , yang selama ini bergerak tanpa perhatian lebih dari Pemerintah Daerah.
Budaya tidak pernah berahir dengan sebuah Peperangan , tetapi tidak sedikit Agama sebagai alat pemicu Perang. Dan bahkan penduduknya satu Negara dengan Agama dan Keimanan yang sama ternyata terjadi Peperangan. Momentum Pilkada harus menjadi sebuah momentum Koreksi semua Elemen Masyarakat, khususnya para pemerhati Budaya Majapahit, karena Politik identitas yang di wanti - wanti oleh Pemerintah Pusat saat perhelatan Pilpres 2024 sangat tidak menguntungkan Budaya , serta ketrentaman menjalankan Syariat Agama.
Sejarah tetaplah sejarah,dan barang siapa yang akan membelokkan roda sejarah ,pasti akan tergilas oleh roda sejarah itu sendiri. Pemimpin yang berkwalitas itu dimulai dari pemilih yang berkwalitas. Dan jangan serahkan Bumi Amukti Palapa pada orang yang tidak memiliki DNA Majapahit.
Penulis Ki Surya Prana.