Era Sabdo Palon & Noyo Genggong tagih Potang.

0

Romo Wahyu Haminarko ,bersama para Pegiat Budaya Kabupaten Mojokerto


Swara Dharma
Mojokerto , Senin Wage , 1 juli 2024.
Bertempat di Sidorejo Park , Desa Sidorejo, Kecamatan Jetis , Kabupaten Mojokerto.
Para Pegiat dan pemerhati Budaya yang tergabung dalam Forum Komunikasi Lintas Pelaku dan Pemerhati Budaya , lakukan telaah serta pendalaman dalam menyikapi serta memandang situasi perkembangan zaman yang saat ini mengalami Kegelisahan di berbagai Lini kehidupan Berbangsa dan Bernegara.


Diskusi serta pendalaman dihadiri kurang lebih 70 orang , serta dihadiri dari unsur Koramil , Polsek Kecamatan Jetis , Kades serta Babinsa Desa Sidorejo.
Romo Wahyu Haminarko bertindak sebagai Motivator dalam paparannya menyampaikan "  Keadaan Dunia pada saat ini ternyata tidak seperti yang kita lihat , muncul dan maraknya konten - konten yang berlatar belakang Hoaks dan menyesatkan telah menjadi ancaman tersendiri bagi Eksitensi serta keselamatan Bangsa dan Negara ini.

Kekuatan Globalis telah merancang Perang Hibrida ( Perang kombinasi ) Red. Yang sangat Canggih, sisi Kebudayaan menjadi target dan sasaran utama dalam perang tersebut . Dan perlu dipahami Rencana Strategis yang dilakukan oleh kelompok Globalis dalam melakukan Ekspansi politiknya menggunakan metode HANCURKAN BUDAYANYA DAN PISAHKAN DARI LELUHURNYA.


Era sekarang ini adalah Era SABDO PALON & NOYO GENGGONG TAGIH POTANG, karena ada beberapa fakta mengenai adanya Dekadensi Etika hampir disemua Segmen Kehidupan Berbangsa dan Bernegara akibat telah jauh meninggalkan nilai - nilai Budaya. Oleh karenanya hanya dengan kembali pada Kesejatian Budaya Bangsa adalah sebuah jawaban pasti dalam menghadapi Kekacauan Zaman " jelas Romo yang berpawakan Jangkung ini.


Prosesi duskusi dan pendalaman berlanjut dengan Ungkapan " Sejauh ini kita hanya terjebak pada pola aktivitas Kirab dan Ritual saja dalam memandang Budaya , kita telah lama abai dalam hal kajian Strategis di sektor Kebudayaan, kedepan kita berharap seni Wayang kulit dan Macapat bisa dimasukkan ke ranah Konservasi dan tidak kalah pentingnya kita segera bentuk Badan Penyelenggara Kawasan Cagar Budaya , guna tetap menjaga keberadaan kawasan Cagar Budaya " ungkap Yudhi S Praja.


Prosesi diskusi berlanjut dengan penyampaian  Kukuh Santosa yang lebih menyoroti  rendahnya nilai Etika da budi pekerti pada Generasi muda "  Budaya tudak bisa dilepaskan dari unsur pendidikan , oleh karenanya kita semua berharap agar pelajaran tentang Budi pekerti dimasukkan dalam Kurikulum pendidikan dasar dan menengah " ungkap Kades Sidorejo.
Diskusi dan Pendalaman melahirkan beberapa pokok pikiran yang bisa dijadikan pedoman serta Rujukan untuk membuat Regulasi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Undang - Undang no 17 tahun 2023 , tentang Pemajuan Kebudayaan.

Pewarta   Surya Prana.

Post a Comment

0 Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

To Top